Tapi kita ingin melihat ironi dari sudut pandang positif, masih dengan arti yang sama yaitu pernyataan yang merupakan lawan dari arti sebenarnya. Mari kita memaknai ironi pada sisi positif, sisi prasangka baik yang mungkin selalu dinilai lugu dan polos oleh sebagian orang.
Ironis selama ini selalu dimaknai negatif. Hmmmm seperti pada awal ide ini tercetus adalah saat kami menonton sinetron dengan setting yang hedonist nan glamour, sementara di luar kaca televisi, pemirsa dengan kondisi ekonomi yang bertolak belakang, menatap dengan penuh harap. Sesaat melupakan kenyataan hidupnya dan berkhayal dengan sinetron.
Seperti seorang bayi yang menerima susu sapi, karena Ibunya harus bekerja untuk mencukupi semua kebutuhan bayinya (termasuk susu sapi) sehingga ia tidak memiliki waktu untuk memberi ASI. Maka bayi ini berfikir bahwa ia diberikan susu terbaik dengan prebiotik, Omega 6 dan lain sebagainya yang lebih baik dari ASI. Kelak saat besar nanti ia mengetahui bahwa Ibunya tidak memberikan hak inisiasi dini atas dirinya, ia tidak akan kecewa karena ia berfikir bahwa ini adalah yang terbaik baginya.
Seperti seorang musisi yang berteriak anti pembajakan atas karya yang ia mixing dengan software bajakan. Seperti kita menutup hidung saat buang air besar. Seperti saat kita meringkuk di balik bad cover tebal, sesaat setelah men-set AC di 16 derajat celcius pada sebuah kamar di kota Jakarta yang selalu bersuhu di atas 24 derajat celcius. Seperti saat meilhat tagline ”Indonesia Sayonara Panas” dari produk AC yang memicu pemanasan global. Seperti mengetik anti kapitalis dengan menggunakan MS Word huahahaha. Mari kita merespon ini dengan lebih positif… pernah dengar tips semakin mengenal lawan, semakin mudah membunuhnya hehehehe!!
Download Bajigur #7 Ironi di bawah ini >
0 komentar:
Post a Comment